Sabtu, 23 Juni 2012

askep gatritis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Lambung mempunyai peranan penting dalam proses pencernaan makanan. Lambung akan menampung makanan yang masuk melalui esophagus, menghancurkan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan secara bersamaan mukosa pada lambung akan mengeluarkan asam lambung, yaitu asam hidroklorida (HCl). Asam ini amat korosif sehingga paku pun dapat larut dalam cairan ini. Namun, dinding lambung dapat tetap aman karena dilindungi oleh senyawa bikarbonat.
            Akan tetapi, jika mekanisme pertahanan lambung terhadap asam hidroklorida ini kewalahan oleh beberapa faktor, maka akan mengakibatkan produksi asam lambung ini meningkat dan hal yang terjadi adalah akan  membuat rusak dan meradangnya dinding lambung dan hal inilah yang disebut dengan gastritis. Gastritis merupakan inflamasi atau peradangan pada dinding lambung terutama pada mukosa lambung dan dapat bersifat akut dan kronik tergantung dari faktor penyebabnya.
Budiana (2006), mengatakan bahwa gastritis adalah penyakit terbesar di seluruh dunia dan bahkan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 milyar orang. Pada negara yang sedang berkembang infeksi diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua. Angka kejadian infeksi gastritis Helicobacter pylory pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan data yang cukup tinggi. Menurut Maulidiyah dan Unun (2006), di Kota Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%. Adanya penemuan infeksi Helicobacter pylory ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis. Faktor etiologi gastritis lainnya adalah asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%) (Herlan, 2001). Dari hasil penelitian para pakar, didapatkan jumlah penderita gastritis antara pria dan wanita, ternyata gastritis lebih banyak pada wanita dan dapat menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia.
Adapun peran perawat dalam hal penangan masalah gastritis ini mencakup 4 peranan yaitu upaya peningkatan  kesehatan (promotif), pencegahan    penyakit (preventif),   penyembuhan  penyakit (Kuratif) dan pemulihan kesehatan  (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, hal-hal yang bisa kita lakukan adalah seperti memberikan penyuluhan mengenai masalah gastritis khususnya di daerah perkotaan karena, warga kota lebih cenderung untuk terkena penyakit ini. Jika telah di beri penjelasan mengenai gastritis langkah berikutnya adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, seperti memberikan informasi bagaimana melakukan pencegahan secara dini terhadap masalah gastritis dan upaya penyembuhannya serta peran kita yang terakhir adalah bagaimana cara kita memberikan pelayanan yang baik sebagai seorang perawat sebagai upaya dalam pemulihan kesehatan masyarakat.
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah
*      Tujuan umum
Memahami secara khusus dan mendalam mengenai gratistis dan asuhan keperawatannya.
*      Tujuan khusus
Memahami dan mampu menerapkan tentang asuhan keperawatan pada kasus pasien dengan gastritis.
1.3 Rumusan Masalah
Jelaskan mengenai asuhan keperawatan pada kasus pasien dengan gastritis?
1.4 Metode Penulisan
            Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah mengunakan metode penulisan studi pustaka dan browsing.


















BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1        Anatomi Fisilogi Lambung

     A.  anatomi lambung

            Lambung (bahasa Inggris : stomach) atau ventrikulus atau gaster merupakan sebuah kantung muskuler yang letaknya antara esophagus dan usus halus, dan sebelah kiri abdomen di bawah diafragma. Lambung juga merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltik, tekanan organ dalam tubuh lain, dan postur tubuh. Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan dicerna dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap.
Lambung dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus
  1. Kardia adalah bagian atas lambung, daerah pintu masuk makanan yang datang dari kerongkongan . 
  2.  Fundus ventrikuli adalah bagian tengah, bentuknya membulat dan bagian ini menonjol ke atas, terletak di sebelah kiri osteum kardiakum dan biasanya berisi gas. Pada batas dengan esophagus terdapat katup sfingter kardiak.
  3. Antrum Pilorus adalah merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara distal yang berlanjut ke duodenum bagian bawah atau daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari duodenum .



Description: H:\Stomach.jpg 



           

Gambar 1. Anatomi Lambung
            Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni mucosa, submucosa, muscularis, dan serosa. Di lapisan mucosa terdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu sel goblet (goblet cell), sel parietal (parietal cell), dan sel chief (chief cell). Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil. Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usus tanpa sempat dicerna.
            Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung akan mengubah makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam.Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentu kim. Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamanya menurun. Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.

           Fisiologis

            Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus, menghancurkan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua cara:                                                                                  .
a.  Mekanis  :     menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan
                          kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan
                          peristaltik  setiap 20 detik.                                                           .
b. Kimiawi    :   bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim-
                          enzim tergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara lain
                          pepsin asam garam, renin dan lapisan lambung.



2.2              Devinisi Gastritis
            Gastritis berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan dan dalam bahasa sehari-hari gastritis disebut dengan  maag. Berikut ini beberapa pendapat ahli mengenai gastritis.
§  Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronik difus atau local (Soeparman, 2001 : 127).
§  Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus dan lokal dan ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis superfisial akut dan gastritis atropi kronik (Brunner Suddarth, 2002 : 1062).
§  Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer Arif, 1999, hal : 492)
§  Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster
     (Sujono Hadi, 1999, hal : 181).
§  Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138)
2.3              Pembagian/Klasifikasi Gastritis
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Gastritis akut
            Gastritis akut merupakan iritasi mukosa lambung yang sering diakibatkan karena diet yang tidak teratur. Dimana individu makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab gastritis. Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh dengan sendirinya, merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritasi lokal. Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
2. Gastritis kronis
Beberapa pendapat ahli mengenai gastritis kronis.
§  Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101).
§  Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri Helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000, hal : 188).
            Gastritis kronis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu gastritis tipe A dan gastritis tipe B. Tipe A sering disebut sebagai gastritis auto imun diakibatkan dari perubahan dari sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit auto imun seperti anemia  pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B disebut sebagai Helicobacter Pylory yg mempengaruhi antrium dan pilorus (ujung bawah dekat dedenum). Ini dihubungkan dgn bakteri Helicobacter pylory.
            Dari devinisi gastritis akut dan kronis tersebut dapat disimpulkan gastritis adalah inflamasi atau peradangan pada dinding lambung terutama pada mukosa lambung dapat bersifat akut dan kronik.




2.4       Etiologi
1. Gastritis  Akut
§  Dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya (tiba-tiba).
§  Bakteri dari Stopylococus, E. colly atau Salmonela sp. (masuk setelah makanan terkontaminasi)
§  Diet yang sembrono, pasien tersebut makan terlalu banyak atau terlalu cepat.
§  Obat-obat NSAID (Indometosin, libiprofen, haproksen), salycylat ,Aspirin, sulfanamida, steroid dan digitalis, antiinflamasi nonsteroid (AINS).
§  Makanan yang berbumbu seperti lada, cuka, dan mustard.
§  Alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner dan Suddarth, 2002).
§  Makanan yang masuk dalam lambung meningkat dan mengiritasi mukosa lambung.
§  Keracunan zat korosit yang asam atau bassa.
§  Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung akibat trauma, luka bakar, dan sepsis.
§  Jika karena stress erosi ditemukan pada korpus dan fundus.
§  Jika karena AINS, erosi utama ditemukan di daerah antrum, namun dapat juga menyeluruh.
§  Bentuk terberat dari penyakit Gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi.
2.  Gastritis  Kronik
§  Bakteri Helicobacter pylori
§  Ulcus beningna atau maligna dari lambung
§  Faktor predisposisi seperti: kafein, alkohol, aspirin (Ignatavius, Donna D. 1995:1380)

2.5              Manifestasi klinis
1.      Gastritis Akut
§  Adanya keluhan abdomen tidak jelas, seperti anoreksia dan mual
§  Sakit kepala
§  Mengalami ketidaknyamanan
§  Malaise
§  Nyeri epigastrium dan ada rasa terbakar pada epigastrium
§  Muntah dan cegukan
§  Perdarahan
§  Hematemesis
2.      Gastritis Kronik
§  Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan
§  Anoreksia
§  Nyeri hulu hati setelah makan
§  Kembung
§  Rasa asam dimulut
§  Mual dan muntah  (Monica Ester, 2002).
§  dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.
2.6              Patofisiologi
1.      Gastritis Akut
            Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada penderita yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam hidroklorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.


Oval: Stress
 
                                                                       
                                                                            perangsangan


 











            Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
            Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
2.      Gastritis Kronis
Oval: bakteri Helicobacter pylori            Pada gastritis tipe A (gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.



 










            Sedangkan pada gastritis tipe B, umumnya disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri spesifik berbentuk pleomorfik, yaitu dapat ditemui dalam beberapa bentuk. Dalam keadaan normal akan berbentuk spiral atau batang bengkok, tetapi dalam keadaan kurang menguntungkan (kultur yang telah lama) akan berbentuk kokoid (sferis). Pada keadaan tertentu Helicobacter pylori ini ditemukan pada mukosa lambung. Merupakan kuman patogen, yang dapat menyebabkan infeksi menahun pada epitel mukosa lambung. Infeksi ini dapat terus berkembang menjadi suatu penyakit, seperti misalnya dispepsia (perut terasa panas, kembung dan mual), gastritis (radang pada lambung), ulkus lambung dan usus 12 jari (duodenum), bahkan berperan pada terjadinya keganasan pada lambung. Karena organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia.
            Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan. (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999 : 162)


Description: D:\helicobacter-pylori.jpg





Gambar 2. Helicobacter pylori yang menetap di mukosa lambung
Description: D:\materi_qLyah\gastritis\Helicobacter pylori.gif

                                               
                                   
                                                Gambar 3. Helicobacter pylori
2.7       Penatalaksanaan dan Pencegahan
Pengobatan gastritis meliputi:                                                                      .
1.   Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2.   Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3.   Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain. (Soeparman, 1999, hal : 96)
Untuk lebih jelasnya, penatalaksanaan pengobatan gastritis dapat dilakukan dengan mengetahui penggolongannya, yaitu :

a.       Gastritis akut 
§  Konsumsi alkohol dan kopi yang berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan
merokok  dapat sembuh dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut.
§  Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan.
§  Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
§  Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran gastrointestinal.
§  Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
§  Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
            Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberoptik mungkin juga diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus.
b.  Gastritis kronis
§  Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit   tapi lebih sering.
§  Mengurangi stress
§  memulai farmakoterapi
§  Helicobacter pylori  dapat diatasi dengan terapi eradikasi Helicobacter pylori. Terapi eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik (seperti tetraciklin ¼ dan amoxillin) dan 1 macam penghambat produksi asam lambung, yaitu PPI (proton pump inhibitor) dan juga bias diatasi dengan gram bismuth (pepto-bismol).
            Selain itu untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderita gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung, misalnya (Mayo Clinic,2007) :
§  Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat. Seperti :promag, Mylanta, dll.
§  Penghambat asam (acid blocker): Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
§  Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton) : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
§  Cytoprotective agent : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. pylori.
*      Pemeriksaan tambahan
§  Pemeriksaan darah.
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
§  Pemeriksaan pernapasan.
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
§  Pemeriksaan feces.
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
§  Endoskopi saluran cerna bagian atas.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
§  Ronsen saluran cerna bagian atas.
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
*      Sedangkan cara pencegahannya dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti:
§  Makan secara benar.
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.








Description: D:\bluetooth\images2.jpg                                                                         


                           
                        Gambar 4. Bahan makanan pedas dan berminyak
§  Hindari alcohol dan merokok.
Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dpt mengakibatkan peradangan dan pendarahan. Sedangkan merokok akan mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung & merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dngn dokter mengenai metode yg dpt membantu utk berhenti merokok.
Description: D:\bluetooth\hal24.jpgDescription: D:\bluetooth\stopsmoking1.gif



                 Gambar 5. Hindari rokok                         Gambar 6. Hindari minuman beralkohol
§  Lakukan olah raga secara teratur.
      Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
§  Kendalikan stress.
      Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
§  Ganti obat penghilang nyeri.
      Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
§  Ikuti rekomendasi dokter.




BAB III
TINJAUAN TEORI MENGENAI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GASTRITIS
3.1              Pengkajian
            Selama mengumpulkan riwayat tentang pasien, perawat sebaiknya menanyakan tentang tanda dan gejala pada pasien. Apakah pasien mengalami nyeri uluhati, tidak dapat makan, mual atau muntah? Apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu atau alcohol? Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Bagaimana gejala hilang? Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung? Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan membantu dalam pengumpulan data. Riwayat lengkap sangat penting dalam membantu perawat untuk mengidentifikasi apakah kelebihan diet atau diet sembrono yang diketahui, berhubungan dengan gejala saat ini, apakah orang lain pada lingkungan pasien mempunyai gejala serupa, apakah pasien memuntahkan darah, dan apakah elemen penyebab yang diketahui telah tertelan.
            Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan abdomen, dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa kering), dan bukti adanya gangguan sistemik dapat menyebabkan gejala gastritis. Lamanya waktu di mana gejala saat ini hilang dan metode yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi gejala, serta efek-efeknya juga diidentifikasi.
3.2              Diagnosis
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup sebagai berikut:
§  Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
§  Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat.
§  Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
§  Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
§  Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
3.3              Perencanaan dan implementasi
            Tujuan utama mencakup mengurangi ansietas, menghindari makanan pengiritasi dan menjamin masukan nutrient adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, meningkatkan kesadaran tentang penatalaksanaan diet dan menghilangkan nyeri.
§  Mengurangi ansietas.
            Bila pasien mencerna asam atau alkali, maka tindakan darurat diperlukan. Terapi pendukung diberikan pada pasien dan keluarga selama pengobatan dan setelah mencerna asam atau alkali yang telah dinetralisasi atau diencerkan. Pasien perlu disiapkan untuk pemeriksaan diagnostic (endoskopi) atau pembedahan. Ansietas karena nyeri dan modalitas pengobatan biasnya timbul demikan juga rasa takut terhadap kerusakan permanen pada esophagus. Perawat menggunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab semua pertanyaan selengkap mungkin. Semua prosedur dan pengobatan dijelaskan sesuai dengan minat dan tingkat pemahaman pasien.
§  Meningkatkan nutrisi.
            Untuk gastritis akut, dukungan fisik dan emosi diberikan dan pasien dibantu untuk menghadapi gejala, yang dapat mencakup mual, muntah, sakit uluhati, dan kelelahan. Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari sampai gejal akut berkurang. Bila terap intravena diperlukan, pemberianya dipantau dengan teratur, sesuai dengan nilai elektrolit serum. Bila gejala berkurang, pasien diberikan es batu diikuti dengan cairan jernih. Makanan padat diberikan sesegera mungkin untuk memeberikan nutrisi oral, menurunkan kebutuhan terhadap terapi intravena, dan meminimalkan iritasi pada mukosa lambung. Bila makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukan berulangnya episode gastritis dievaluasi dan dilaporkan.
            Masukan minuman mengandung kafein dihindari karena kafein adalah stimulan system saraf pusat yang meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi pepsin. Penggunaan alcohol juga dihindari, demikian juga merokok karena nikotin akan mengurangi sekresi bikarbonat pancreas dan karenanya menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum. Nikotin juga meningkatkan stimulasi parasimpatis, yang meningkatkan aktivitas otot dalam usus dan dapat menimbulkan mual dan muntah.
§  Meningkatkan keseimbangan cairan.
            Masukan dan keluaran cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi (keluaran urin minimal 30 ml/jam, masukan minimal 1,5 L/hari). Bila makanan dan minumun ditunda, cairan intravena (3 L/hari) biasanya diberikan. Masukan cairan ditambah nilai kalori diukur (1 L 5% dekstrosa dalam air=170 kalori karbohidrat). Nilai elektrolit (natrium, kalium, klorida) dapat dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi indicator awal ketidakseimbangan. Perawat harus selalu waspada terhadap adanya indicator gastritis hemoragi: hematemesis (muntah darah), takikardia, dan hipotensi. Bila ini terjadi, dokter diwaspadakan, tanda vital dipantau sesuai kebutuhan kondisi pasien, dan ikuti pedoman penatalaksanaan perdarahan saluran GI.
§  Menghilangkan nyeri.
            Pasien diinstruksikan untuk menghindari makan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Perawat mengkaji tingkat nyeri dan kenyamanan pasien setelah penggunaan obat-obatan dan menghindari zat pengiritasi.
§  Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah.
            Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana penyuluhan dapat bersifat individual. Diet diresepkan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian pasien, makanan yang disukai, dan pola makan. Pasien diberi daftar zat-zat untuk dihindari (misalnya kafein, nikotin, bumbu pedas, pengiritasi, atau makanan sangat merangsang dan alcohol). Antibiotic, garam bismut, obat-obata untuk menurunkan sekresi lambung, dan obat-obatan  untuk melindungi sel-sel mukosa dari sekresi lambung diberikan sesuai resep. Pasien dengan anemia pernisiosa diberi instruksi tentang kebutuhan terhadap injeksi vitamin B12 jangka panjang.






3.4              Evaluasi
Hasil yang diharapkan
§  Menunjukan berkurangnya ansietas
§  Menghindari makan makanan pengiritasi atau minuman yang mengandung kafein atau alcohol
§  Mempertahankan keseimbangan cairan
a.          Mentoleransi terapi intravena sedikitnya 1,5 L setiap hari
b.         Minum 6 sampai 8 gelas air setiap hari
c.          Mempunyai keluaran urin kira-kira 1 L setiap hari
d.         Menunjukan turgor kulit yang adekuat
e.          Mematuhi program pengobatan
f.          Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi
g.         Menggunakan obat-obatan sesuai resep
h.         Melaporkan nyeri berkurang.






BAB IV
PENUTUP
4.1              Kesimpulan
            Dari pembahasan mengenai gastritis dapat disimpulakan bahwa gastritis merupakan inflamasi atau peradangan pada dinding lambung terutama pada mukosa lambung dapat bersifat akut dan kronik. Gastritis sendiri ada 2, yaitu gastritis akut dan kronis. Penyebab gastritis juga berbeda-beda tergantung dari pembagian gastritis itu sendiri. Biasanya dikarenakan factor makanan, minuman beralkohol, rokok, obat-obatan, dan lain-lain. Cara penanggulannya biasanya dapat dilakukan secara dini dari sekarang, seperti makan secara teratur dan aman, hindari alcohol dan rokok, serta jika sudah kronis diperlukan tindakan yang lebih serius lagi.
4.2               Saran
            Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga saran serta kritik dari para pembaca sangat dibutuhkan oleh penulis guna sempurnya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi perawat sendiri dan bisa memberikan pengetahuan khususnya mengenai gastritis.





DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Mansjoer Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius : Jakarta.
Brunner dan Suddarth. 1999. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.